Minggu, 10 November 2019

Banyak Pihak Mempertanyakan Anggaran Dana Ekonomi Kemana Jalannya

Jubir Ditjen Pajak Hestu Yoga Sukma, optimis dana repatriasi yang akan jatuh tempo masih ada di Indonesia.
Masalahnya hasil imbal balik investasi portofolio seperti suku bunga, surat bernilai serta obligasi swasta di Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain.
Pemerintah memberikan gula-gula stimulan fiskal ke investor, seperti tax holiday. Dana asing yang masuk semenjak awal tahun Rp 195 triliun masih di Indonesia katanya.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, menjelaskan sedikit dana repatriasi yang masih terparkir di BCA.
Direktur BCA Santoso memprediksi kurang dari 15 % dari dana repatriasi yang disimpan berbentuk uang tunai serta produk perbankan yang likuid seperti deposito.
Bekasnya, katanya, sudah dipakai nasabah untuk ekspansi usaha, melunasi utang, berbelanja modal, obligasi sampai saham. BCA ialah bank nasional paling besar yang memuat repatriasi, yaitu seputar Rp 40 triliun.
Direktur Konsumer Bank Mandiri Hery Gunardi menjelaskan selama ini belumlah ada nasabah yang lakukan penarikan dana repatriasi. Bank Mandiri tawarkan imbal hasil dalam produk investasi untuk menjaga dana repatriasi.
Seperti investasi berdenominasi dolar, seperti obligasi sampai pengendalian dana berbasiskan dolar, penganekaragaman portofolio offshore lewat Bank Mandiri cabang Singapura serta pilihan global bonds.
Sekertaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hary Purnomo menjelaskan perseroan mempunyai bermacam instrumen produk keuangan untuk jaga hasil dana repatriasi. Diantaranya bunga deposito, penjualan obligasi BRI untuk harga lantai kayu korporasi serta ritel.
Ketidakpastian ekonomi global, kata Kepala Grup Kebijaksanaan Makro Prudential Bank Indonesia Retno Ponco Widarti, akan punya pengaruh pada saluran modal.
Karenanya, bank sentra menguatkan persediaan devisa serta jaga beda suku bunga jadi sisi dari resilensi unsur external.
Sampai waktu tahan repatriasi periode paling akhir usai, katanya, dengan mendasar keadaan ekonomi Indonesia masih bagus.
Dana repatriasi selama ini masih terbangun, tidak memerlukan kekhawatiran terlalu berlebih katanya.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV Otoritas Layanan Keuangan (OJK) Budi Armanto memandang kekuatan dana repatrasi kabur belumlah ada. "Di luar keadaannya tidak sebagus di Indo, hingga harga asbes peluang keluar kecil."
Menurut Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo, pemerintah butuh membuat instrumen investasi periode panjang yang menarik untuk mengikat dana repatriasi.
Seperti instrumen dana investasi real estat (DIRE) atau real estate investment trust (REITs).
Ia mengaku imbal hasil surat utang pemerintah tambah tinggi dari negara lain. Tetapi Vietnam serta Thailand lebih unggul untuk masalah foreign direct investment (FDI atau penanaman modal asing dengan cara langsung) sebab sarat stimulan.
Kejelasan hukum serta iklim usaha, katanya, masih jadi pekerjaan besar pemerintah untuk bikin pemodal merasakan aman tempatkan uangnya di pemerintah.
Yustinus memiliki pendapat, keadaan riil dana repatriasi berbanding lurus pada keadaan ekonomi serta politik Indonesia diakhir tahun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmaja memiliki pendapat imbal balik investasi surat utang di Indonesia lebih baik dari negara lain. Karenanya, investor masih memiliki fakta untuk menaruh dananya di Indonesia.

Bila cari yield (imbal balik surat utang), di negeri cukup sudah menarik. Tapi bila mereka tidak merasakan aman dananya di negeri ya tidak dapat dihindari tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar